EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENENTUAN ASTIGMAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FOGGING FAN CHART DAN CROSS CYLINDER
Abstract
Dalam tahapan refraksi, pemeriksaan astigmat ditentukan oleh beberapa metode. Berdasarkan uji pendahuluan di PMN Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Jawa Barat, metode Fogging Fan Chart lebih sering digunakan dibandingkan dengan metode lainnya. menurut Barbara, 2012 metode cross cylinder lebih akurat dalam pemeriksaan astigmat terutama untuk astigmat rendah, lebih sensitif dalam penentuan axis dan kekuatan silindris pada kasus silindris tinggi atau rendah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pengumpulan data menggunakan cross sectional, dengan populasi yaitu 2 metode dengan purposive sampling, yang di lakukan oleh 2 orang ahli refraksionis optisien dengan menggunakan 2 metode masing-masing 24 kali pemeriksaan untuk pasien yang memiliki kelainan astigmat dengan jumlah 24 mahasiswa. Penelitain ini menggunakan instrumen lembar observasi. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa metode cross cylinder lebih efektif, efisien dalam penentuan astigmat dibandingkan metode fogging fan chart, menghasilkan keakuratan dalam penentuan axis yaitu 100 % untuk cross cylinder dan 75% untuk fogging fan chart, penentuan power koreksi 100% untuk Cross Cylinder dan 89% untuk fogging fan chart, dan waktu lamanya pemeriksaan dengan rata-rata selisih waktu 41 detik lebih cepat cross cylinder untuk setiap pasien. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi ahli, mahasiswa D3 RO, dan prodi D3 RO sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan metode penentuan astigmat.
References
Anung Inggito Maksus, Standar Prosedur Pemeriksaan Refraksi untuk Refraksionis Optisien (Diploma Optometris). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2016.
Arikunto S., dkk, Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Rineka cipta; 2010
Barbara T. Harris, Better one or two ? – Jackson Cross Cylinder Testing make easy. 2012
Benjamin W, Borish's Clinical Refraction, Butterworth-Heinnemann, 2007
Bill Harvey, Routine eye examination, Part 7 – Subjective refraction, 2008.
Depkes RI. 2009 .Gangguan Penglihatan Masih Menjadi Masalah Kesehatan. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-relase/845-gangguan penglihatan-masih-menjadi-masalah-kesehatn.html diakses tanggal 10 januari 2018
Elliot DB. Clinical Procedures in primary eye care 3/e. Oxford, Elsevier, 2008.
Hasibuan M S P. 1984 .Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta : Gunung Agung
Kemenkes RI. (2018). Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. In Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi. Pusdatin Kemkes RI. https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-Gangguan-penglihatan-2018.pdf
Notoatmodjo, 2012 . Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Ratna, nyoman kutha, Metode penelitian: kajian budaya dan ilmu social humaniora pada umumya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta; 2010.
Sidarta Ilyas, Ilmu penyakit mata edisi keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2013.
Siagian S P. 2001 .Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta : Bumi Aksara
Sugiyono. 2008 . Metode penelitian kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2013 . Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit CV. Alfabeta